-->
DAFTAR
RUJUKAN
-->
PEMBUATAN KEPUTUSAN: Teknik Delphi dan Pertemuan Elektronik
-->
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan satu kondisi yang perlu untuk
kelanjutan suatu budaya. Pendidikan juga alat yang penting untuk kerja sama
yang intelegen dengan perubahan budaya. Demikianlah, salah satu cara sebuah
masyarakat berusaha tetap seirama dengan perubahan ialah dengan merubah pada
setiap generasi warisan budaya yang diajarkan di sekolah-sekolah. Untuk
mencapai tujuan ini para pendidik menafsirkan kembali (reinterprate) pengetahuan dan nilai-nilai lama untuk menghadapi
situasi-situasi baru.
Sebuah kebudayaan juga mungkin melakukan antisipasi masa
depan dengan menyiapkan generasi muda dengan informasi, sikap-sikap, dan
keterampilan tertentu yang direncanakan untuk menghadapi situasi tertentu yang
diramalkan. Selanjutnya, pendidikan mungkin secara tidak sengaja bias menjadi
sumber perubahan kebudayaan. Masing-masing kebudayaan telah mempersiapkan
anggota-anggotanya untuk bertindak, berfikir, dan memandang dalam apa yang
dinamakan antropolog “a culturally
delimited universe”, yang terdiri dari dunia yang telah diciptakan oleh
budaya tersebut dan aspek – aspek alam semesta yang telah dipilih mereka untuk
menjadi sesuatu yang bermakna.
Namun, bahkan budaya yang sangat totaliter sekalipun tidak
dapat secara sempurna membatasi pemahaman anak-anak. Perbedaan antara apa yang
dianggap harus dipelajari anak-anak dengan apa yang sebenarnya dipelajari
mereka merupakan sebuah sumber konflik dan perubahan yang penting dalam sebuah
kebudayaan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pendidikan sebagai sosialisasi kebudayaan?
2. Bagaimana
pergulatan manusia dalam keanekaragaman budaya?
3. Apa
sajakah pendidikan dalam lingkup kebudayaan?
4. Bagaimanapenjelasan
mengenai pendidikan dan kebudayaan itu?
5. Bagaimana
pendidikan dan proses pembudayaan?
C.
Tujuan
Masalah
1. Menjelaskan
pendidikan sebagai sosialisasi kebudayaan.
2. Memaparkan perulatan manusia dalam keanekeragaman
budaya.
3. Membahas
pendidikan dalam lingkup kebudayaan.
4. Mengetahui
bagaimana pengertian pendidikan dan kebudayaan.
5. Menjelaskan
serta memahami pendidikan dan proses pembudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENDIDIKAN
SEBAGAI SOSIALISASI KEBUDAYAAN
Pendidikan adalah satu kondisi yang perlu untuk kelanjutan suatu
budaya. Pendidikan juga alat yang penting untuk bekerja sama yang intelegen
dengan perubahan budaya. Dengan demikianlah, salah satu cara sebuah masyarakat
berusaha tetap seirama dengan perubahan ialah dengan merubah pada setiap
generasi warisan budaya yang diajarkan disekolah-sekolah. Untuk mencapai tujuan
ini para pendidik menafsirkan kembali (Reinterprate) pengetahuan dan
nilai-nilai lama untuk menghadapi situasi-situasi baru.Umpamanya, sejak
pemisahan atom dan pembentukan PBB, kita tidak mengajarkan lagi baik fisika
newton maupun patriotisme secara absolut. Sebuah kebudayaan juga mungkin
melakukan antisipasi masa depan dengan menyiapkan generasi muda dengan
informasi, sikap-sikap, dengan keterampilan tertentu yang direncanakan untuk
menghadapi situasi tertentu yang diramalkan.
Selanjutnya, pendidikan mungkin secara tidak sengaja bisa
menjadi sumber perubahan kebudayaan. Masing-masing kebudayaan telah
mempersiapkan anggota-anggotanya untuk bertindak, berfikir, memandang dalam apa
yang dinamakan antropologi “a culturally
delimited universe” yang terdiri dari dunia yang telah diciptakan oleh
budaya tersebut dan aspek-aspek alam semesta yang telah diciptakan oleh budaya
tersebut dan aspek-aspek alam semesta yang telah dipilih mereka untuk menjadi
sesuatu yang bermakna.
Sebagai suatu
sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusiadengan begitu saja secara ascribed,
tetapi melalui proses belajar yang berlangsungtanpahenti. Proses belajar
dalam konteks kebudayaan bukan hanya dalam bentuk internalisasi dari sistem “pengetahuan”yangdiperoleh
manusia melalui pewarisan atautransmisi dalamkeluarga,lewatsistempendidikan
formal disekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya,melainkan jugadiperoleh
melalui proses belajar dari berinteraksi dengan lingkunganalam dan sosialnya.
Sebaliknya,
dimensi-dimensi sosial yang senantiasa mengalami dinamika perkembangan seiring
dengan kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi merupakan faktor dominan yang
telahmembentuk eksistensi pendidikan manusia.Penggunaan alat dansarana
kebutuhan hidup yang modern telah memungkinkan polapikir dan sikap manusia
untuk memproduk nilai-nilai baru sesuaidengan intensitas pengaruh teknologi
terhadap tatanan kehidupansosial budaya.
Dalam hal ini,
pendidikan menjadi instrumentkekuatan social
masyarakat untuk mengembangkan suatu sistem pembinaananggota masyarakat yang
relevan dengan tuntutan perubahanzaman. Abad globalisasi telah menyajikan
nilai-nilai baru, pengertian-pengertian baru serta perubahan-perubahan
diseluruh ruang lingkup kehidupan manusia yang waktu kedatangannya tidakbisa
diduga-duga.Sehingga dunia pendidikan merasa perlu untuk membekali diri dengan
perangkat pembelajaran yang dapatmemproduk manusia zaman sesuai dengan atmosfir
tuntutan global.Penguasaan teknologi informasi, penyediaan SDM yang
profesional,terampil dan berdaya guna bagi masyarakat, kemahiranmenerapkan
Iptek, perwujudan tatanan sosial masyarakat yangterbuka, demokratis, humanis serta
progresif dalam menghadapi kemajuan jaman merupakan beberapa bekal mutlak yang
harus dimiliki oleh semua bangsa di dunia ini yang ingin tetap bertahan menghadapi
tata masyarakat baru berwujud globalisasi.
Beberapa aliran
yang berpengaruh dalam pendidikan dan perubahan kebudayaan ialah:
1.
AliranProgresif
Pendidikan
progresif, yang biasa dikenal, menawarkan sebuah via media antara dua
pendangan yang mengatakan bahwa perubahan pendidikan seluruhnya tergantung pada
perubahan kebudayaan dan pendidikan dapat merubah dirinya sendiri dan masyarakat
tanpa perlu bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan sosial. Demikian juga halnya
dengan pendidikan dapat memperkembangkan mentalis yang sanggup menghadapi
perubahan bila terjadi yaitu pendidikan dapat mengajari anak-anak untuk
bereaksi terhadap perubahan secara inteligen. Dengan cara ini masyarakat akan
dididik untuk memperbaiki dirinya sendiri tanpa guru-guru perlu menyakinkan
generasi muda tentang perubahan-perubahan tertentu yang guru-guru menganggapnya
pasti diingini.
2.
Aliran Konservatif
Menurut para pendidik konservatif ( seperti
Perenialis dan Essetialis ), sekolah tidak dapat memaksakan gerak perubahan
sosial tanpa mengkorup fungsi pendidikan yang sebenarnya, yaitu melatih
intelek. Sekolah bukanlah sebuah lembaga perubahan yang tepat tetapi sebuah
pranata belajar. Karena individu-individulah yang merubah masyarakat, bukan
sebaliknya, cara yang tepat untuk memperbaiki masyarakat adalah dengan
memeperbaiki induividu yang ada didalamnya. Dalam pandangan ini sekolah
bertanggung jawab menanamkan dalam diri siswa apa yang secara permanen berguna
dalam warisan budaya dan bagi penyesuaian mereka terhadap masyarakat yang ada
pada waktu itu.
Membuat sekolah jadi agen perubahan juga akan
menjadikan sekolah rebutan di antara kelompok-kelompok kepentingan yang saling
bersaingan. Sekolah akan selalu berada di bawah tekanan untuk menyedikan waktu
untuk dengan pendapat bagi segala macam program-program dan
kebijakan-kebijakan, terus menerus diganggu oleh orang-orang eksentrik dan
fanatik, sekolah akan berubah menjadi sesuatu yang sedikit lebih dari sebuah
lobby politik.
3.
Aliran Rekontruksionis
Inti dari paham rekonstruksionis adalah
bahwa para pendidik sendiri mesti membangun kembali masyarakat dengan
mengajarkan kepada generasi muda sebuah program perubahan sosial secara
serentak baik detail maupun secara keseluruhan. Pengikut aliran ini mengklaim
untuk mengobati 3 kegagalan penganut aliran progresif : kekurangan
tujuan-tujuan: suatu penekanan yang tidak tepat pada individualisme dan
peremehan rintangan-rintangan budaya terhadap perusahaan sosial.
Paham rekonstruksionis telah mendapatkan banyak
perhatian, tetapi sedikit dukungan. Paham ini telah dikritik karena terlalu
ambisius. Menggambarkan masa depan terincinya berarti meremehkan dua fakta
terkenal: pertama, waktu memudarkan semua kecuali semua yang paling umum
dari pembaharuan/perubahan jangka panjang; yang kedua, perubahan apapun
yang direalisasikan adalah hasil kompromi dan saling penyesuain, dan karena itu
ia mempunyai/mengandung sedikit hubungan dengan rencana penggeraknya yang
pertama. juga dikatakan bahwa rekonstruksionisme meremehkan realitas
politik masa kini, terutama bahwa tidak ada pemerintah yang akan
mengizinkan sekolahnya dipergunakan untuk mengembangkan yang ditantangnya.
4.
Pandangan-Pandangan Beberapa Antropolog
Menurut Ashley
Montagu tujuan utama dari sekolah di masa kita sekarang mestinya tidak
lebih dari merubah kemanusiaan dengan mengajar generasi yang lebih muda
bagaimana “mencintai” melalui pendidikan dalam “ seni hubungan antar manusia ”.
Sekolah mesti mengajarkan semua mata pelajaran dengan mata selalu diarahkan
kepada “ arti bagi hubungan-hubungan manusia.
W. Lioyd Warner
mengemukakan bahwa pendidikan seharusnya mencerminkan kondisi-kondisi sosial
yang ada, atau pendidikan akan gagal dalam tugasnya menyesuaikan generasi yang
akan datang terhadap kunjungan sosial budaya dalam mana mereka harus hidup.
Anthony F.C Wallace berpendapat bahwa pendidikan melayani kebutuhan tiga jenis
masyarakat, yaitu masyarakat
revolusioner, masyarakat konservatif, dan masyrakat reaksioner. Dia
mengatakan bahwa sebuah masyarakat revolusioner seprti cina dan cuba berusaha
merubah budaya mereka secara keseluruhan. Mereka perlu untuk memperkuat kembali
(revitalize) penduduk mereka secara moral untuk menciptakan elit yang
penuh dedikasi dan secara intelektual kaya, yang akan mengendalikan tigas-tugas
transformasi.
Demikianlah, umumnya antropolog setuju dengan pendidik-pendidik konservatif
bahwa sekolah memiliki sedikit atau tidak ada sama sekali pengaruh yang bebas
terhadap perubahan sosial budaya. Pandangan ini dengan baik dinyatakan oleh
seorang pendidik inggris, A.K.C Ottoway dia mengatakan bahwa pendidikan dapat
menghasilkan perubahan-perubahan dalam kebudayaan dan masyarakat hanya di bawah
perintah-perintah dari mereka yang berkuasa.
Dapat disimpulkan, kebanyakan komentator setuju
bahwa sekolah secara sendiri tidak dapat mempengaruhi jalannya perubahan
sosial dan budaya, walaupun sekolah dapat menumbuhkan sebuah tipe
kepribadian yang cocok dengan perubahan yang cepat yang bersifat enoemik dalam
masyarakat-masyarakat industri sekarang di Amerika Serikat Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah terutama, memberikan perhatian kepada penyampaian warisan
budaya. Karena itu universitas tidak hanya menyesuakan diri kepada kebudayaan,
tetapi juga memberikan tambahan. Selanjutnya universitas mempengaruhi
kebudayaan dengan cara tidak langsung dengan berusaha membuat orang lebih
berpengetahuan, dan karena itu diharapkan mereka akan lebilh toleran.
B.
PERGULATAN
MANUSIA DALAM KEANEKARAGAMAN BUDAYA
Berbagai gejala dan tingkah
laku manusia, dicoba untuk dipahami dengan mendasarkan pada kaidah-kaidah alam.Untuk
itu metodologi ilmu eksaksta, khususnya biologi, kerapkali dicoba untuk
diterapkan untuk mengkaji perilaku manusia. Kesemuanya itu tidak terlepas dari
kekaguman mereka terhadap kemajuan ilmu alam dan ilmu pasti yang terjadi pada zaman
itu. Beraneka ragam gejala perilaku makhluk manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, dianalisis secara induktif dengan mencari unsur-unsur persamaan
yang ada kemudian diupayakan
dirumuskannya sebagai kaidah-kaidah sosial. Cara berpikir rasional yang
akhirnya berkembang menjadi aliran positivisme sangat mewarnai para cendekiawan
pada zaman Aufklarung.
Mereka percaya bahwa berbagai
kaidah tersebut akandapat dipergunakan untuk mengatur dan merubah
suatumasyarakat.Agaknya, pola pikir para cendekiawan masa Aufklarung yang memandang
masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan, yang mana bagian-bagian dan
unsur-unsurnya saling terkait antara satu dengan lainnya sebagai suatu sistem
yang bulat; sampaisekarang ini masih tetap relevan dalam antropologi,
terutamayang mengacu pada metode pendekatan holistik.Wujud dari keanekaragaman masyarakat
manusia itu di sampingdisebabkan oleh akibat dari sejarah mereka masing-masing juga
karena pengaruh lingkungan alam dan struktur internalnya.Oleh karenanya sesuatu
unsur atau adat dalam suatu kebudayaan,tidak dapat dinilai dari pandangan
kebudayaan lain, melainkanharus dari sistem nilai yang ada dalam kebudayaan itu
sendiri (relativisme kebudayaan).
Suatu perubahankebudayaan
dapat berasal dari luar lingkungan pendukung kebudayaan tersebut. Gerak
kebudayaan yang telah menimbulkan perubahan dan perkembangan, akhirnya juga
menyebabkan terjadinya pertumbuhan; sementara itu tidak tertutup kemungkinan
hilangnya unsur-unsur kebudayaan lama sebagai akibat ditemukannya unsur-unsur
kebudayaan baru. Dalam rangka studi akulturasi, para ahli antropologi telah
lama mencoba untuk memahami terjadinya perbedaan derajat perubahan perkembangan
suatu kebudayaan. Sementara itu dalam sejarah perkembangan kebudayaan umat
manusia, Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yangtidak terpisahkan,
sementara itu pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri.
Sekalipun makhluk manusia akanmati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan
diwariskan pada keturunannya, demikian seterusnya.
Pewarisan kebudayaan makhluk
manusia, tidak selalu terjadi secara vertikal atau kepadaanak-cucu mereka;
melainkan dapat pula secara horisontal yaitu manusia yang satu dapat belajar
kebudayaan dari manusia lainnya.Berbagai pengalaman makhluk manusia dalam
rangka kebudayaannya, diteruskan dan dikomunikasikan kepada generasiberikutnya
oleh indiividu lain. Berbagai gagasannya dapat dikomunikasikannya kepada orang
lain karena ia mampu mengembangkan gagasan-gagasannya itu dalam bentuk lambing-lambang
vokal berupa bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kebudayaan mengenal ruang dan
tempat tumbuh kembangnya,dengan mengalami perubahan, penambahan dan
pengurangan. Manusia tidak berada pada dua tempat atau ruang sekaligus, ia hanya
dapat pindah ke ruang lain pada masa lain. Pergerakanini telah berakibat pada
persebaran kebudayaan, dari masake masa, dan dari satu tempat ke tempat lain.
Sebagai akibatnya di berbagai tempat dan waktu yang berlainan, dimungkinkan
adanya unsur-unsur persamaan di samping perbedaan-perbedaan.Oleh karena itu di
luar masanya, suatu kebudayaan dapatdipandang ketinggalan zaman (anakronistik),
dan di luar tempatnya dipandang asing atau janggal.
C. PENDIDIKAN DALAM LINGKUP
KEBUDAYAAN
Pada dasarnya pendidikan tidak
akan pernah bisa dilepaskan dari ruang lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan
hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan
lingkungan fisik maupun non fisik.Hasil perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia. Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya
telah mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya
proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia.
Disini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan
alam. Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal
budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi
kehidupannya.
Dalam konteks hidupnya demi membentuk ketahanan hasil buah
budi tersebut manusia melanjutkan dalam suatu tatanan simbol yang memberi arah
bagi kehidupan. Sistem simbol ini menjadi rujukan utama bagi masyarakat
pendukung dalam berpikir maupun bertindak. Proses selanjutnya yang terjadi
adalah hubungan transformatif dan penguatan sistem simbol agar dapat diteruskan
kepada anggota berikutnya. Selain itu selama kehidupan berjalan unsur-unsur
kebudayaan selalu berubah menyesuaikan perkembangan jaman. Dalam hal ini sistem
simbol dengan sendirinya melakukan reaksi untuk mengintegrasikan perubahan atas
unsur kebudayaan Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat
erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni
nilai-nilai. Dalam konteks kebudayaan justru pendidikan memainkan peranan
sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya.
Dari paparan terakhir dapat
ditangkap bahwa pada dasarnya pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses
pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki.
Afinitas mengenai pendidikan dan kebudayaan dapat kita cermati dalam ciri khas
manusia sebagai makhluk simbolik.Hanya manusialah yang mengenal dan
memanfaatkan symbol-simbol di dalam kelanjutan kehidupannya.Simbol-simbol itu
dapat kita lihat di dalam kebudayaan manusia. Mengingat kebudayaan dilestarikan
dan dikembangkan melalui simbol-simbol maka semua tingkah laku manusia terdiri
dari, dan tergantung pada simbol-simbol tersebut.Sebaliknya kebudayaan bisa
lestari apabila memiliki daya kerja yang kuat dalam memberikan arahan para
pendukungnya. Oleh karena itu kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya
lewat proses belajar tentang tata cara bertingkah laku. Sehingga secara
wujudnya, substansi kebudayaan itu telah mendarah daging dalam kepribadian
anggota-anggotanya.
D.
PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
1.
Kepribadian
Dalam Proses Kebudayaan
Fungsi
pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat dalam perkembangan
kepribadian manusia.Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun
kebudayaan bukanlah sekadar jumlah kepribadian-kepribadian.Para pakar
antropologi, menunjuk kepada peranan individu bukan hanya sebagai bidakbidak di
dalam papan catur kebudayaan.Individu adalah creator dan sekaligus manipulator
kebudayaannya.Di dalam hal ini studi kebudayaan mengemukakan pengertian
“sebab-akibat sirkuler” yang berarti bahwa antara kepribadian dan kebudayaan
terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan.
Di dalam
perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan
dapat berkembang melalui kepribadian–kepribadian tersebut. Inilah yang disebut
sebab-akibat sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan.Hal ini menunjukkan
kepada kita bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayaan secara
pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian yang kreatif.Pranata sosial yang
disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan kepribadian yang
kreatif tersebut. Namun apa yang terjadi di dalam lembaga pendidikan yang
disebut sekolah kita ialah sekolah telah menjadi sejenis penjara yang memasung
kreativitas peserta didik.
Kebudayaan
sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk tingkah-laku yang bisa
dipelajari.Dengan demikian tingkah laku manusia bukanlah diturunkan seperti
tingkah-laku binatang tetapi yang harus dipelajari kembali berulang-ulang dari
orang dewasa dalam suatu generasi.Di sini kita lihat betapa pentingnya peranan
pendidikan dalam pembentukan kepribadian manusia.Para pakar yang menaruh
perhatian terhadap pendidikan dalam kebudayaan mula-mulanya muncul dari kaum
behavioris dan psikoanalisis Para ahli psikologi behaviorisme melihat perilaku
manusia sebagai suatu reaksi dari rangsangan dari sekitarnya.Di sinilah peran
pendidikan di dalam pembentukan perilaku manusia.
2.
Penerusan
Kebudayaan
Satu proses yang dikenal luas tentang
kebudayaan adalah transmisi kebudayaan. Proses tersebut menunjukkan bahwa
kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.
Bahkan banyak ahli pendidikan yang merumuskan proses pendidikan tidak lebih dari
proses transmisi kebudayaan. Mengenai masalah ini marilah kita cermati lebih
jauh oleh karena seperti yang telah dijelaskan, kepribadian bukanlah
semata-mata hasil tempaan dari kebudayaan.Manusia atau pribadi adalah aktor dan
sekaligus manipulator kebudayaannya.
Untuk
membuktikan hal tersebut marilah kita lihat variable-variabel transmisi
kebudayaan yang dikemukakan oleh Fortes dalam Koentjoroningrat (1991). Di dalam
transmisi tersebut kita lihat tiga unsur utama yaitu, (1) unsur-unsur yang
ditransmisi, (2) proses transmisi, dan (3) cara transmisi. Unsur-unsur
kebudayaan manakah yang ditransmisi?Pertama- tama tentunya unsur-unsur tesebut
ialah nilai-nilai budaya, adat-istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup
serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di dalam masyarakat.Selanjutnya berbagai
kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para anggota di
dalam masyarakat tersebut. Selain itu, berbagai sikap serta peranan yang diperlukan
di dalam dunia pergaulan dan akhirnya berbagai tingkah-laku lainnya termasuk proses
fisiologi, refleks dan gerak atau reaksi-reaksi tertentu dalam penyesuaian
fisik termasuk gizi dan tata-makanan untuk dapat bertahan hidup.
Proses
transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi. Imitasi
adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya imitasi di dalam
lingkungan keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat
lokal.Yang diimitasi adalah unsur-unsur yang telah dikemukakan di atas. Transmisi
unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Seperti telah dikemukakan
manusia adalah aktor dan manipulator dalam kebudayaannya.Oleh sebab itu,
unsur-unsur tersebut harus diidentifikasi.
Proses identifikasi
itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan manusia itu sendiri.
Seorang bayi, seorang pemuda, seorang dewasa, mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda dalam mengidentifikasi unsur-unsur budaya tersebut. Selanjutnya
nilai-nilai atau unsur-unsur budaya tersebut haruslah disosialisasi artinya harus
diwujudkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan yang semakin lama
semakin meluas. Nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang harus mendapatkan pengakuan
lingkungan sekitarnya. Artinya perilaku-perilaku tersebut harus mendapatkan
pengakuan sosial yang berartibahwa perilaku-perilaku yang dimiliki tersebut adalah
yang sesuai atau yang seimbang dengan nilai-nilai yang ada di dalam lingkungannya.
Rangkaian transmisi berangkat dari imitasi, identifikasi, dan sosialisasi,
berkaitan dengan bagaimana cara mentransimisikannya.
Dalam
hal ini ada dua bentuk peran-serta dan bimbingan. Cara transmisi dengan peran-serta
antara lain dengan melalui perbandingan. Demikian pula peran-serta dapat
berwujud ikutserta di dalam kegiatan sehari-hari di dalam lingkungan
masyarakat. Bentuk bimbingan tesebut melalui pranata-pranata tradisional
seperti inisiasi, upacara-upacara yang berkaitan dengan tingkat umur, sekolah
agama, dan sekolah formal yang sekuler. Demikianlah proses transmisi kebudayaan
sebagai proses pendidikan yang dikemukakan oleh Fortes. Proses tersebut terjadi
di dalam suatu masyarakat sederhana yang relatif tertutup dari pengaruh dunia
luar. Di dalam dunia terbuka dewasa ini dengan kemajuan teknologi komunikasi,
proses transmisi kebudayaan yang sederhana tersebut tentunya telah berubah. Data
dan informasi dengan mudah dapat diperoleh sehingga peranan lingkungan bukan
lagi lingkungan sosial yang terbatas tetapi lingkungan yang mondial.
Dengan
demikian proses transmisi kebudayaan di dalam masyarakat modern akan menghadapi
tantangan- tantangan yang berat. Di sinilah letak peranan pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian yang kreatif dan dapat memilih nilai-nilai dari
berbagai lingkungan. Dalam hal ini kita berbicara mengenai keberadaan
kebudayaan dunia yang meminta suatu proses pendidikan yang lain yaitu
kepribadian yang kokoh yang tetap berakar kepada budaya lokal. Hanya dengan
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya lokal akan dapat memberikan sumbangan
bagi terwujudnya nilai-nilai global.
E. PENDIDIKAN DAN PROSES PEMBUDAYAAN
Nilai-nilai kebudayaan
bukanlah hanya sekadar dipindahkan dari satu bejana ke bejana berikut yaitu
kepada generasi mudanya, tetapi dalam proses interaksi antara pribadi dengan
kebudayaan betapa pribadi merupakan agen yang kreatif dan bukan pasif. Di dalam
proses pembudayaan terdapat pengertian seperti inovasi dan penemuan, difusi
kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi, fokus, krisis, dan prediksi masa
depan serta banyak lagi terminology lainnya. Beberapa proses
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Penemuan
atau Invensi
Dua konsep tersebut
merupakan proses terpenting dalampertumbuhan dan kebudayaan. Hal itu mengingat
tanpa penemuan- penemuan yang baru dan tanpa invensi suatu budaya akanmati.
Biasanya pengertian kedua terminologi ini dibedakan. Suatu penemuan berarti
menemukan sesuatu yang sebelumnya belum dikenal tetapi telah tersedia di alam
sekitar atau di alam semestaini. Misalnya di dalam sejarah perkembangan umat
manusia terjadi penemuan-penemuan dunia baru sehingga pemukiman manusia menjadi
lebih luas dan berarti pula semakin luasnya penyebaran kebudayaan. Selain itu,
di dalam penemuan dunia baru akan terjadi difusi atau proses lainnya mengenai
pertemuan kebudayaan-kebudayaan tersebut. Istilah invensi lebih terkenal didalam
bidang ilmu pengetahuan. Dengan invensi maka umat manusia dapat menemukan hal-halyang
dapat mengubah kebudayaan.Dengan penemuan-penemuan melalui ilmu pengetahuan
maka lahirlah kebudayaan industri yang telah menyebabkan suatu revolusi
kebudayaan terutamadi negara-negara barat.
Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat telah membuka horizon baru di dalam
kehidupan umat manusia. Ilmu pengetahuan berkembang begitucepat secara
eksponensial sehingga apa yang ditemukan hari ini mungkin besok telah usang. Misalnya,
revolusi komputer yang dapat berkembang setiap saat dan bagaimana peranan
komputer di dalam kehidupan manusia modern. Kita hidup di abad digital yang
serba cepat dan serba terukur. Semua hal ini merupakan suatu revolusi di dalam
kehidupan dan kebudayaan manusia. Melalui invensi manusia menemukan berbagai
jenis obat-obatan yang mempengaruhi kesehatan dan umur manusia.Akan tetapi juga
melalui kemajuan ilmu pengetahuan manusia menemukan alat-alat pemusnah massal
yang dapat menghancurkankebudayaan global. Invensi teknologi terutama teknologi
komunikasi mengubahsecara total kebudayaan dunia.
Sudah tentu
penemuan-penemuan baru dan invensi-invensi melalui ilmu pengetahuan akansemakin
intens kerana interaksi dengan bermacam-macam budaya akan bermacam-macam
manusia yang dimiliki oleh seluruh umat manusia. Dengan demikian, penemuan-penemuan
dan invensi baru tidak lagi merupakan monopoli dari suatu bangsa atau suatu
kebudayaan tetapi lebih menjadi milik dunia. Kebudayan dunia yang akan muncul
pada milenium ketiga dengan demikian perlu diarahkan dengan nilai – nilai moral
yang telah terpelihara di dalam kebudayaan umat manusia karena kalau tidak
dapat saja manusia itu menuju kepada kehancurannya sendiri dengan alat-alat
pemusnah massal yang diciptakannya.
b.
Difusi
Difusi kebudayaan berarti pembauran dan
atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat yang lebih maju kepada
masyarakat yang lebih tradisional. Pada dasarnya setiap masyarakat setiap jaman
selalu mengalami difusi. Hanya saja proses difusi pada jaman yang lalu lebih
bersifat perlahan-lahan. Namun hal itu berbeda dengan sekarang dimana abad
komunikasi mampu menyajikan beragam informasi yang serba cepat dan intens, maka
difusi kebudayaan akan berjalan dengan sangat cepat.
c.
Akulturasi
Salah satu bentuk
difusi kebudayaan ialah akulturasi. Dalam proses ini terjadi pembaruan budaya
antarkelompok atau di dalam kelompok yang besar. Dewasa ini misalnya
unsur-unsurbudaya Jawa telah masuk di dalam budaya sistem pemerintahan di
daerah.Nama-nama petugas negara di daerah telah mengadopsi nama-nama pemimpin
di dalam kebudayaan Jawa seperti bupati, camat, lurah, dan unsur-unsur tersebut
telah disosialisasi dan diterima oleh masyarakat luas.Begitu pula terjadi
akulturasi unsur-unsur budaya antarsub etnis di Nusantara ini. Proses
akulturasi tersebut lebih dipercepat dengan adanya sistem pendidikan yang
tersentralisasi dan mempunyai kurikulum yang uniform.
d.
Asimilasi
Proses
asimilasi dalam kebudayaan terjadi terutama antaretnis dengan sub budaya masing-masing.
Kita lihat misalnya unsur etnis yang berada di Nusantara kita ini dengan sub
budaya masing-masing. Selama perjalanan hidup negara kita telah terjadi
asimilasi unsur-unsur budaya tersebut. Biasanya proses asimilasi dikaitkan
dengan adanya sejenis pembauran antar-etnis masih sangat terbatas dan
kadang-kadang dianggap tabu. Namun dewasa ini proses asimilasi itu banyak sulit
dihilangkan. Apalagi hal-hal yang membatasi proses prejudis, perbedaan agama
dan kepercayaan dapat menghalangi suatu proses asimilasi yang cepat.
Di
dalam kehidupan bernegara terdapat berbagai kebijakan yang mempercepat proses
tersebut, ada yang terjadi secara alamiah ada pula yang tidak alamiah. Biasanya
proses asimilasi kebudayaan yang terjadi di dalam perkawinan akan lebih cepat
dan lebih alamiah sifatnya.
e.
Inovasi
Inovasi
mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat
pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam masyarakat yang sederhana yang relatif
masih tertutup daripengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Dalam
masyarakat yang terbuka kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena
didorong oleh kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam
masyarakat modern pribadi yang inovatif merupakan syarat mutlak bagi
perkembangan kebudayaan.Inovasi merupakan dasar dari lahirnya suatumasyarakat
dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka dewasa ini.
Inovasi
kebudayaan di dalam bidang teknologi dewasa ini begitu cepat dan begitu tersebar
luas sehingga merupakan motor dari lahirnya suatu masyarakat dunia yang
bersatu. Betapa besar peranan inovasi di dalam dunia modern, menuntut peran dan
fungsi pendidikan yang luar biasa untuk melahirkan manusia-manusia yang
inovatif. Dengan kata lain,pendidikan
yang tidak inovatif, yang mematikan kreativitas generasi muda, berarti tidak
memungkinkan suatu bangsa untuk bersaing dan hidup di dalam masyarakat modern
yang akan datang. Dengan demikian,
pendidikan akan menempati peranan sentral di dalam lahirnya suatu kebudayaan
dunia yang baru.
f.
Fokus
Konsep
ini menyatakan adanya kecenderungan di dalam kebudayaan ke arah kompleksitas
dan variasi dalam lembaga-lembaga serta menekankan pada aspek-aspek tertentu. Artinya
berbagai kebudayaan memberikan penekanan kepada suatu aspek tertentu misalnya
kepada aspek teknologi, aspek kesenian seperti dalam kebudayaan Bali, aspek
perdagangan, dan sebagainya. Proses pembudayaan yang memberikan fokus kepada
teknologi misalnya akan memberikan tempat kepada pengembangan teknologi
kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkembang. Tidak jarang terjadi dengan
adanya fokus terhadap teknologi maka nilainilai budaya yang lain tersingkirkan
atau terabaikan. Hal ini tentu merupakan suatu bahaya yang dapat mengancam
kelanjutan hidup suatu kebudayaan.
Dalam
dunia pendidikan hal ini sudah terjadi seperti di Indonesia. Dunia barat yang
telah lama memberikanfokus kepada kemampuan akal, menekankan kepada pembentukan
intelektualisme di dalam sistem pendidikannya. Dengan demikian aspek-aspek
kebudayaan yang lain seperti nilai – nilai moral, lembaga-lembaga budaya primer
seperti keluarga, cenderung mulai diabaikan. Ikatan dalam lembaga keluarga
mulai longgar, peraturan-peraturan seks mulai dilanggar dengan adanya kebebasan
seks dan kebebasan pergaulan. Sistem pendidikannya dengan demikian telah
terpisahkan atau teralienasi dari totalitas kebudayaan. Tentu saja kita dapat
memberikan fokus tertentu kepadapengembangan ilmu pengetahuan asal saja dengan
fokus tersebut tidak mengabaikan kepada terbentuknya manusia yang utuh seperti
yang telah diuraikan di muka.
Kebudayaan
yang hanyamemberikan fokus kepada teknologi akan menghasilkan menusia-manusia\
robot yang tidak seimbang, yang bukan tidak mungkin berbahaya bagi kelangsungan
hidup kebudayaan tersebut. Dalam proses pembudayaan melalui fokus itu kita
lihat betapa besar peranan pendidikan. Pendidikan dapat memainkan peranan
penting di dalam terjadinya proses perubahan yang sangat mendasar tersebut
tetapi juga yang dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
g.
Krisis
Krisis
dapat menyebabkan dis-organisasi sosial misalnya dalam gerakan reformasi total
kehidupan. Bangsa Indonesia dewasa ini di dalam memasuki era reformasi
menghadapi suatu era yang kritis karena masyarakat mengalami krisis kebudayaan.
Apabila gerakan reformasi tidak
diarahkan sebagai suatu gerakan moral maka gerakan tersebut akan kehilangan
arah. Gerakan reformasi akan menyebabkan krisis sosial, krisis ekonomi dan
berbagai jenis krisis lainnya. Oleh sebab itu, gerakan reformasi total dewasa
ini perlu diarahkan dan dibimbing oleh nilai-nilai moral yang hidup di dalam
kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam kaitan ini peranan pendidikan sangat
menentukan karena pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai moral bangsa dalam
jangka panjang akan memantapkan arah jalannya reformasi tersebut. Dalam jangka
panjang pendidikan akan menentukan pencapaian tujuan dari reformasi itu
sendiri.
h.
Visi
Masa Depan
Suatu
hal yang baru dalam proses pembudayaan dewasa ini ialah peranan visi masa
depan. Terutama dalam dunia global tanpa-batas dewasa ini diperlukan suatu visi
ke arah mana masyarakat dan bangsa kita akan menuju. Tanpa visi yang jelas
yaitu visi yang berdasarkan nilai-nilai yang hidup di dalam kebudayaan bangsa
(Indonesia), akan sulit untuk menentukan arah perkembangan masyarakat dan
bangsa kita ke masa depan, atau pilihan lain ialah tinggal mengadopsi saja apa
yang disebut budaya global. Mengadopsi budaya global tanpa dasar kehilangan
identitasnya. Di sinilah letak peranan pendidikan nasional untuk meletakkan
dasar-dasar yang kuat dari nilai-nilai budaya yang hidup di dalam masyarakat
Indonesia yang akan dijadikan pondasi untuk membentuk budaya masa depan yang
lebih jelas dan terarah.
Saifullah,Ali.
1982. Pendidikan Pengajaran Dan Kebudayaan. Surabaya: Usaha Nasional.
http://anick-tugaskelompok2.blogspot.com/2011/12/komponen-dan-variabel-pembelajaran.html
M.S,Wuradji. 1988. Sosiologi Pendekatan Sebuah
Pendekatan Sosio – Antropologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
PEMBUATAN
KEPUTUSAN
DALAM
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A.
Pengertian
Pembuatan Keputusan
Pembuatan
keputusan adalah proses menetapkan pilihan atas sejumlah pilihan yng ada.
Dengan kata lain, pembuatan keputusan merupakan upaya yang sistematis untuk
pemechan masalah. Masalah yaitu kesenjangan antara kenyataan dengan harapan.
Hal – hal yang perlu dalam melakukan pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Proses
pembuatan keputusan dilakukan dengan kesengajaan.
2.
Pembuatan
keputusan menggunakan pendekatan pendekatan sistematik, dalam arti tidak asal
jadi.
3.
Pembuatan
keputusan pada hakekatnya merupakan pecahan masalah dengan sebaik – baiknya.
4.
Pemecahan
dalam pembuatan keputusan harus didasarkan fakta.
5.
Keputusan
yang baik adalah hasil pemilihan berbagai alternatif.
B.
Langkah – Langkah
Pembuatan Keputusan
1.
Mendefinisikan
masalah yang diajukan dengan berbagai pertanyaan.
2.
Menentukan
criteria pemecahan masalah.
3.
Mengidentifikasikan
alternatif. Langkah ini merupakan usaha untuk mengidentifikasikan
sebanyak-banyaknya, pemecahan masalah yang mungkin dapat dilaksanakan.
4.
Mengadakan
penilaian terhadap alternatif.
5.
Memilih
alternatif yang terbaik. Dalam memilih
alternatif perlu dipertimbangkan kriteria yang telah ditetapkan.
6.
Implementasi
alternatif yang dipilih. Implementasi adalah melaksanakan keputusan yang
ditetapkan (alternatif terbaik).
C.
Model Pembuatan
Keputusan
Setiap model
memiliki basis umum pengambilan keputusan. Model pengambilan keputusan dapat
dibedakan atas model pengambilan keputusan rasional, model pengambilan
keputusan klasik, model pengambilan keputusan perilaku, model Vroom &
Yetton (decision tree), model
pengambilan keputusan Chung & Meggision, dan model pengambilan keputusan
pohon masalah.
D.
Metode Pembuatan
Keputusan
1.
Keputusan
yang kurang tanggapan.
2.
Keputusan
dengan otoritas.
3.
Keputusan
minoritas.
4.
Keputusan
mayoritas.
5.
Keputusan
konsensus. Keputusan consensus merupakan metode
yang banyak menyita waktu karena memberikan kesempatan kepada semua anggota
kelompok untuk berkonsensus.
Keputusan bulat. Metode ini yang paling ideal, tetapi sulit direalisasikan. Keputusan ini
terjadi apabila semua anggota kelompok telah menyetujui keputusan yang telah
diambil.PEMBUATAN KEPUTUSAN: Teknik Delphi dan Pertemuan Elektronik
-->
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknik
pengambilan keputusan adalah suatu penerapan ilmu dan teknologi untuk mengambil
suatu keputusan dari sebuah pilihan atau masalah yang dihadapi. Banyak
perdebatan muncul saat menentukan efektivitas pengambilan keputusan secara
individu atau kelompok. Secara kelompok biasanya membutuhkan waktu lebih lama
untuk mencapai keputusan dibandingkan secara individu, tetapi mengikut-sertakan
spesialis dan ahli menguntungkan karena interaksi di antara mereka akan
menghasilkan keputusan yang lebih baik. Pada kenyataannya, banyak para peneliti
menyatakan bahwa keputusan konsensus dengan lima atau lebih peserta lebih
unggul dibanding secara individu, pengumpulan suara terbanyak dan keputusan
memimpin kelompok.
Teknik
pengambilan keputusan kelompok ini dilakukan agar segala kegiatan yang
berlangsung menjadi lebih efektif. Bentuk yang paling lazim (tradisional) dalam
pembuatan kelompok terjadi dalam interaksi tatapmuka. Oleh karena itu, teknik –
teknik dalam metode delphi dan
pertemuan elektronik telah dianggap sebagai cara yang baik untuk meminimalkan
berbagai masalah yang timbul di dalam interaksi kelompok tradisional itu.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian pengambilan keputusan
secara kelompok?
2. Apakah yang dimaksud dengan teknik
pengambilan keputusan dengan metode delphi?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan
teknik pengambilan keputusan dengan metode delphi?
4. Apakah yang dimaksud dengan teknik
pengambilan keputusan dengan metode pertemuan elektronik?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Menjelaskan
pengertian pengambilan keputusan secara kelompok.
2.
Memaparkan
teknik pengambilan keputusan dengan metode delphi.
3.
Memaparkan
kelebihan dan kekurangan metode delphi.
4.
Menjelaskan
teknik pengambilan keputusan dengan metode pertemuan elektronik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengambilan Keputusan Kelompok
Secara
umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli,
diantaranya adalah :
1. G. R. Terry: Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
2. Claude S. Goerge, Jr: Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian, dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3. Horold dan Cyril O’Donnell: Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
4. P. Siagian: Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.
1. G. R. Terry: Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
2. Claude S. Goerge, Jr: Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian, dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3. Horold dan Cyril O’Donnell: Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
4. P. Siagian: Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.
Banyak
pendapat – pendapat lain yang muncul tentang efektivitas pengambilan keputusan secara
individu atau kelompok. Secara kelompok biasanya membutuhkan waktu lebih lama
untuk mencapai keputusan dibandingkan secara individu, tetapi mengikut-sertakan
spesialis dan para ahli karena interaksi di antara mereka akan menghasilkan
keputusan yang lebih baik. Tetapi, banyak para peneliti menyatakan bahwa
keputusan konsensus dengan lima atau lebih peserta lebih unggul dibanding
secara individu, pengumpulan suara terbanyak dan keputusan memimpin kelompok.
Pada beberapa
contoh, pengambilan keputusan kelompok
lebih disukai dibanding individu. Kebutuhan dan keuntungan pengambilan
keputusan kelompok telah diketahui, tetapi sejumlah masalah dapat juga muncul.
Dibutuhkan teknik khusus untuk meningkatkan keuntungan pengambilan keputusan
kelompok sambil mengurangi masalah yang muncul.
Meningkatkan
kemampuan kreativitas kelompok sangat penting jika masing-masing individu dari
berbagai sektor di organisasi mesti mengumpulkan pertimbangan untuk menyusun
tindakan yang sempurna bagi organisasinya. Jika bawahan dan rekan sejawat
percaya bahwa manajer yang bertanggung jawab atas kelompok tidak punya
prasangka atau ‘berada di sisi mereka’. Anggota kelompok akan bebas
mengungkapkan perbandingannya dan merasa tidak perlu melindungi dirinya dari
sikap non-sportif atau menyerang balik. Jika digunakan dengan tepat, beberapa
teknik, diantaranya: proses delphi,
dan teknik pertemuan elektronik akan sangat berguna untuk meningkatkan
kemampuan kreativitas kelompok, menciptakan gagasan, memahami masalah dan
mendapatkan keputusan yang lebih baik.
B. Teknik Pengambilan Keputusan Metode Delphi
1. Pengertian
Metode Delphi
Metode delphi
adalah metode sistematis dalam mengumpulkan pendapat dari sekelompok pakar
melalui serangkaian kuesioner, di mana ada mekanisme feedback melalui ‘putaran’/round pertanyaan yang diadakan sambil
menjaga anonimitas tanggapan responden (para
ahli) (Foley,1972). Metode delphi
adalah teknik komunikasi terstruktur, awalnya dikembangkan sebagai metode
peramalan interaktif yang bergantung pada sejumlah expert.(Harold A. Linstone,
1975). Selian pendapat dari para
ahli di atas dapat dijelaskan bahwa metode delphi
adalah alternatif yang lebih kompleks dan memakan waktu untuk dikerjakan. Metode
delphi adalah modifikasi dari
teknik brainwriting dan survei. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan metode ini
adalah mengumpulkan dan membandingkan berbagai pertimbangan melalui serangkaian
pertanyaan yang disertai dengan menyimpulkan informasi dan melakukan umpan
balik berdasarkan pendapat orang sebelumnya. Metode ini menggunakan kuesioner
sebagai media pembuatan
keputusan. Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakan komunikasi
melalui beberapa kuisioner yang tertuang dalam tulisan. Teknik delphi dikembangkan pada awal tahun 1950
untuk memperoleh opini ahli. Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh
konsensus yang paling reliabel dari
sebuah grup ahli. Teknik ini diterapkan di berbagai bidang, misalnya untuk
teknologi peramalan, analisis kebijakan publik, inovasi pendidikan, program
perencanaan dan lain – lain.
Metode delphi pada
umumnya digunakan mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan
akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok mengambil
keputusan yang tidak berada di satu tempat. Karena keterbatasan informasi dan
pengetahuan yang dimiliki organisasi, maka dalam proses pengambilan keputusan
mereka berpegang pada kompetensi, keahlian, pengetahuan, dan kemampuan yang
dimiliki para ahli.
2. Langkah
– Langkah Metode Delphi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik
ini adalah (Dermawan, 2004):
a.
Para
pembuat keputusan melalui proses delphi
dengan identifikasi isu dan masalah pokok yang hendak diselesaikan.
- Kemudian kuesioner dibuat dan
para peserta teknik delphi, para
ahli, mulai dipilih.
- Kuesioner yang telah dibuat
dikirim kepada para ahli, baik didalam maupun luar organisasi, yang di
anggap mengetahui dan menguasai dengan baik permasalahan yang dihadapi.
- Para ahli diminta untuk mengisi
kuesioner yang dikirim, menghasilkan ide dan alternatif solusi
penyelesaian masalah, serta mengirimkan kembali kuesioner kepada pemimpin
kelompok, para pembuat keputusan akhir.
- Sebuah tim khusus dibentuk
merangkum seluruh respon yang muncul dan mengirimkan kembali hasil
rangkuman kepada partisipasi teknik ini.
- Pada tahap ini, partisipan
diminta untuk menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas atau memperingkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan seluruh hasil rangkuman beserta masukan terakhir dalam
periode waktu tertentu.
- Proses ini kembali diulang
sampai para pembuat keputusan telah mendapatkan informasi yang dibutuhkan
guna mencapai kesepakatan untuk menentukan satu alternatif solusi atau
tindakan terbaik.
Teknik
ini menjadi teknik yang efektif dalam kondisi ketidakpraktisan teknik diskusi
tatap muka dilaksanakan, ketika ketidaksetujuan dan konflik menghalangi
komunikasi, ketika muncul dominasi mayoritas atau yang kuat (secara kekuasaan,
wewenang dan posisi) terhadap minoritas sehingga mayoritas akan mendominasi
diskusi dan ketika pemikiran kelompok muncul dalam proses pengambilan keputusan
secara kelompok.
Agar
teknik ini berlaku dengan efektif pihak manajemen harus dapat menentukan para
partsipan yang dianggap dapat berlaku obyektif dalam menilai sesuatu dan
memberi masukan. Selain itu, teknik ini memerlukan bantuan sistem informasi,
teknologi yang baik agar proses pengiriman kuesioner dan penerimaan berlangsung
dengan cepat.
Sedangkan
menurut Mansoer (1989:72) Ciri khas langkah-langkah proses teknik Delphi adalah
sebagai berikut:
a.
Masalah
diidentifikasikan dan melalui seperangkat pertanyaan yang disusun cermat
anggota kelompok diminta menyampaikan kesimpulan-kesimpulannya yang potensial.
- Kuesioner pertama diisi oleh
anggota secara terpisah dan bebas tanpa mencantumkan nama.
- Hasil kuesioner pertama
dihimpun, dicatat dan diperbanyak dipusat (sekretariat kelompok).
- Setiap anggota dikirimi
tembusan hasil rekaman.
- Setelah meninjau hasil, para
anggota ditanyai lagi tentang kesimpulan-kesimpulan mereka. Hasil yang
baru biasanya menggugah para anggota untuk memberi kesimpulan baru, malah
ada kalanya mereka mengubah sama sekali kesimpulan pertama mereka
- Langkah ke-4 dan ke-5 ini
diulangi sesering ia diperlukan,sampai tercapai satu konsensus.
Teknik
delphi membatasi hubungan antar
anggota kelompok dan tidak perlu para anggota bertemu secara fisik. Teknik
pengambilan keputusan kelompok model Delphi
ini adalah teknik yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang relatif
lama untuk sampai kepada keputusan.
C. Kelebihan
Dan Kekurangan Teknik Pengambilan Keputusan Metode Delphi
1. Kelebihan
Metode Delphi
- Hasil berdasarkan dari para
ahli.
- Anonimitas dan isolasi
memungkinkan kebebasan yang maksimal dari aspek-aspek negatif dari
interaksi sosial.
- Opini yang diungkapkan para
ahli luas, karena dari pendapat masing-masing ahli.
2.
Kekurangan Metode Delphi
- Biaya yang besar untuk
mengundang para ahli.
- Hasil berdasarkan
anggapan-anggapan (asumsi).
- Tidak semua hasil berjalan
sesuai prediksi.
- Memakan waktu yang lama.
D. Teknik
Pengambilan Keputusan Metode Pertemuan Elektronik
Pendekatan yang terbaru untuk pengambilan keputusan
kelompok adalah mencampurkan teknik kelompok nominal dengan teknologi komputer
canggih. Bentuk ini disebut dengan pertemuan elektronik (electronic meeting).
Jika tehnologi sudah dipakai, konsepnya sederhana saja. Sampai dengan lima
puluh orang duduk mengelilingi meja berbentuk U (tapal kuda) yang disana hanya
ada seperangkat terminal komputer. Masalah dipresentasikan kepada para peseta
pertemuan dan meraka mengetik tanggapan mereka ke layar komputer. Komentar
individu, serta jumlah suara diperlihatkan di layar proyeksi di ruangan tersebut.
Keuntungan utama dari pertemuan elektronik adalah
penghilangan identitas individu, kejujuran, dan kecepatan. Peserta yang tidak
diketahui identitasnya dapat mengetik pesan apapun yang mereka inginkan dan
pesan menekan keyboard komputer mereka. Cara ini meyediakan kesempatan bagi
para peserta untuk berkata benar-benar jujur tanpa ada penalti. Cara itu juga
cepat, karena mengobrol dihilangkan, diskusi tidak melantur, dan banyak peserta
dapat ”berbicara” sekaligus tanpa menyinggung perasaan peserta lainnya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, teknik pengambilan keputusan sangat
diperlukan agar segala kegiatan yang berlangsung menjadi lebih efektif .
Misalnya teknik pengambilan keputusan dengan metode delphi yang sangat memungkinkan didapatkan sejumlah pakar tanpa
harus mengumpulkan mereka disatu tempat pada waktu yang sama. Intinya dari
tehnik adalah pada penggunaan serangkaian kuesioner yang dikirimkan kepada
responden untuk mendapatkan masukan. Selanjutnya, dari jawaban yang mereka
kirimkan diolah lagi oleh pihak pembuat keputusan untuk merumuskan rangkuman –
rangkuman yang kemudian akan digunakan sebagai bahan pembuatan putusan.
Sedangkan teknik dengan metode pertemuan kelompok ialah mencampurkan
teknik kelompok nominal dengan teknologi komputer canggih. Keuntungan utama
dari pertemuan elektronik adalah penghilangan identitas individu, kejujuran,
dan kecepatan. Peserta yang tidak diketahui identitasnya dapat mengetik pesan
apapun yang mereka inginkan dan pesan menekan keyboard komputer mereka
DAFTAR
RUJUKAN
Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-Prinsip
Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Maharuddin. 2004. Perilaku Keorganisasia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dermawan,
R. 2004. Pengambilan Keputusan: Landasan Filosofis, Konsep, dan Aplikasi.
Bandung: Alfabeta.
http://raitosun.blogspot.com/2012/06/teknik-pengambilan-keputusan.html#!/2012/06/teknik-pengambilan-keputusan.html
Mansoer,
Hamdan. 1989. Pengantar Manajemen. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Dirjen Dikti.
0 komentar:
Posting Komentar